KUAKAP.COM - inilah Pengertian SINDROM Pengantin Baru Cukup Di Takuti Para Wanita. Dalam ilmu kedokteran Istilah sindrom digunakan untuk menggambarkan berbagai karakter atau gejala,terkadang beberapa sindrom ada juga penyakit seperti Sindrom Crouzon atau Sindrom Downda, ceritanya begini kita sebut saja melati dan Agung baru melewati 12 bulan perkawinan mereka. Seperti pasangan-pasangan lain, Melati dan Agung menghendaki perkawinan hanya sekali dalam seumur hidup. Mereka berjanji hidup bersama, dalam suka maupun duka.
Menjalani mahligai perkawinan, dalam kenyataannya, tak semudah mengucap janji perkawinan itu sendiri. Buktinya, baik Melati maupun Agung mengakui, bahwa perkawinan yang baru mereka lewati selama setahun itu sangat berat dan berliku-liku. Tak jarang mereka berdua beradu pendapat, malah sempat bersitegang sampai lebih dari 24 jam, dan mengakibatkan keduanya merasa terluka.
gambar source favim.com edit kuakap.com admin
Padahal dulu, banyak orang diam-diam iri melihat pasangan ini memadu kasih. Maklum, mereka dijuluki pasangan ‘awet dan rukun’ karena selama 7 tahun berpacaran, tak satupun terkecoh oleh gangguan ‘virus’ WIL atau PIL yang sempat populer.
Seminggu setelah pulang dari berbulan madu, Melati sudah mengeluhkan soal perkawinannya, meski diakuinya saat itu keluhan hanya ‘dinikmatinya’ di dalam hati saja. Ia merasa ruang geraknya menjadi amat terbatas, tak seleluasa dulu. Agung mengharap Melati sudah berada di rumah saat ia kembali dari kantor. Padahal, kenyataan bahwa Melati bekerja di suatu perusahaan asing yang kadang menuntutnya bekerja overtime, sudah diketahui Agung sejak pacaran, bahkan sejak pertama kali mengenalnya dulu. Setelah menikah, Agung mengharap figur istri yang ideal dari Melati ; memasak makanan kesukaan Agung untuk makan malam, menyediakan hidangan, sampai mendampinginya menonton tv hingga larut dan tertidur bersama.
Pertama-tama, Melati memang dengan senang hati melaksanakan apa yang diharapkan suaminya. Ia berusaha bekerja lebih efisien agar tak perlu lembur. Ia tak lagi memenuhi ajakan nonton atau sekadar ke kafe sehabis pulang kantor, sebagaimana yang biasa ia lakukan bersama sahabat-sahabatnya dulu. Bahkan ia kerap menolak proyek bersama untuk mengerjakan ‘side job’. Satu hal yang tak dapat dihindari Melati adalah ketika ia harus menghadiri rapat dengan klien yang biasa dilakukan sehabis jam kantor. “Agung Melati tak menyukai bila saya terlalu banyak menghabiskan waktu di luar,”katanya.
Lama kelamaan Melati mulai kehilangan teman bergaul, bahkan relasi. Mengisolasi diri demi pasangan adalah salah satu hal yang dapat membunuh perkawinan itu sendiri demikian komentar ahli perkawinan. Seharusnya Melati tidak begitu ekstrim mengisolasi dirinya. Apapun kegiatan yang sebenarnya ia suka, masih bisa dilakukan, asalkan dengan sepengetahuan Agung, dan hasil kompromi antara keduanya. Jika Melati berbicara secara terbuka pada Agung dengan maksud baik, toh Agung pun Melati tak akan keberatan.
Masalah seperti itu tak jarang melanda pasangan-pasangan muda yang perkawinannya masih seumur jagung. Tapi, bagi yang belum menikah, tak perlu takut untuk menikah, karena beberapa hal di bawah ini akan dapat mencegah terjadinya sindroma pengantin baru’ seperti yang terjadi pada Melati dan Agung.
1. Down to earth. Masing-masing jangan menutup diri pada kenyataan yang ada. Bayangan ideal tentang suami atau istri kadang juga harus mengalami penyesuaian. Dengan demikian, masing-masing tak akan sulit untuk menerima pasangan dengan apa adanya.
2. Berlaku seimbang. Jangan sesekali melarikan diri dari kenyataan. Karena kecewa terhadap pasangan, maka dengan sengaja bekerja di kantor sampai larut atau berolahraga sampai tak ingat waktu. Seimbanglah dalam melakukan kegiatan, sehingga masing-masing memiliki ruang gerak yang cukup.
3. Terbuka. Komunikasi dua arah seringkali menjadi penyelamat dari sebuah konflik. Jika merasakan hal-hal yang mengganggu perasaan, segeralah komunikasikan dengan pasangan. Jangan melibatkan emosi atau rasa curiga, apalagi menuduh hal-hal yang belum Melati.
4. Jangan terpengaruh ‘forever marriage’. Karena konsep perkawinan ideal tersebut, banyak pasangan yang malah menjadi depresi dan pada akhirnya frustrasi menghadapi perkawinan. Mereka berpikir harus mewujudkan sebuah perkawinan maha bahagia selamanya. Jangan berpikir terlalu panjang seperti itu. Raihlah hari demi hari dengan perasaan bahagia. Dan atasi masalah satu demi satu, jangan sekaligus. Tak ada gading yang tak retak.. Dengan demikian, roda perkawinan pun akan berputar terus..
5. Re-connect. Jangan ragu bertukar pikiran dengan orang-orang yang Anda percaya, misalnya orang tua, saudara, sahabat, bahkan orang-orang dengan tingkat spiritual yang tinggi, misalnya pendeta, ulama dan lain-lain. Komunikasi dengan mereka dapat membuka wawasan dan pikiran Anda terhadap pasangan hidup.
6. Kompromi dan negosiasi. Kadang dua insan yang berlainan kutub harus ‘bertemu’ di tengah. Itu kata para filsuf. Seseorang yang bersifat kompromistis akan menghadapi segalanya dengan lebih mudah.
7. Mengkondisikan perkawinan. Perkawinan yang bahagia tidak datang begitu saja. Segalanya harus dikondisikan. Seperti tanaman, rasa cinta dan sayang dalam sebuah perkawinan perlu mendapat siraman air dan pupuk.
Demikianlah Artikel Review Dari www.kuakap.com, Semoga Dengan Ulasan Singkat Dan Sederhana ini Dapat Berguna / manfaat Untuk Kita Semua, Semoga Kesalahan Saat Malam Pertama Belah Duren tidak terjadi pada anda Sekian Dan Terimakasih, Luangkan Waktu Anda Juga Untuk Baca Postingan Sebelumnya Yaitu Khusus 18 + Manfaat Bercinta Untuk Kesehatan
Menjalani mahligai perkawinan, dalam kenyataannya, tak semudah mengucap janji perkawinan itu sendiri. Buktinya, baik Melati maupun Agung mengakui, bahwa perkawinan yang baru mereka lewati selama setahun itu sangat berat dan berliku-liku. Tak jarang mereka berdua beradu pendapat, malah sempat bersitegang sampai lebih dari 24 jam, dan mengakibatkan keduanya merasa terluka.
Padahal dulu, banyak orang diam-diam iri melihat pasangan ini memadu kasih. Maklum, mereka dijuluki pasangan ‘awet dan rukun’ karena selama 7 tahun berpacaran, tak satupun terkecoh oleh gangguan ‘virus’ WIL atau PIL yang sempat populer.
Seminggu setelah pulang dari berbulan madu, Melati sudah mengeluhkan soal perkawinannya, meski diakuinya saat itu keluhan hanya ‘dinikmatinya’ di dalam hati saja. Ia merasa ruang geraknya menjadi amat terbatas, tak seleluasa dulu. Agung mengharap Melati sudah berada di rumah saat ia kembali dari kantor. Padahal, kenyataan bahwa Melati bekerja di suatu perusahaan asing yang kadang menuntutnya bekerja overtime, sudah diketahui Agung sejak pacaran, bahkan sejak pertama kali mengenalnya dulu. Setelah menikah, Agung mengharap figur istri yang ideal dari Melati ; memasak makanan kesukaan Agung untuk makan malam, menyediakan hidangan, sampai mendampinginya menonton tv hingga larut dan tertidur bersama.
Pertama-tama, Melati memang dengan senang hati melaksanakan apa yang diharapkan suaminya. Ia berusaha bekerja lebih efisien agar tak perlu lembur. Ia tak lagi memenuhi ajakan nonton atau sekadar ke kafe sehabis pulang kantor, sebagaimana yang biasa ia lakukan bersama sahabat-sahabatnya dulu. Bahkan ia kerap menolak proyek bersama untuk mengerjakan ‘side job’. Satu hal yang tak dapat dihindari Melati adalah ketika ia harus menghadiri rapat dengan klien yang biasa dilakukan sehabis jam kantor. “Agung Melati tak menyukai bila saya terlalu banyak menghabiskan waktu di luar,”katanya.
Lama kelamaan Melati mulai kehilangan teman bergaul, bahkan relasi. Mengisolasi diri demi pasangan adalah salah satu hal yang dapat membunuh perkawinan itu sendiri demikian komentar ahli perkawinan. Seharusnya Melati tidak begitu ekstrim mengisolasi dirinya. Apapun kegiatan yang sebenarnya ia suka, masih bisa dilakukan, asalkan dengan sepengetahuan Agung, dan hasil kompromi antara keduanya. Jika Melati berbicara secara terbuka pada Agung dengan maksud baik, toh Agung pun Melati tak akan keberatan.
Masalah seperti itu tak jarang melanda pasangan-pasangan muda yang perkawinannya masih seumur jagung. Tapi, bagi yang belum menikah, tak perlu takut untuk menikah, karena beberapa hal di bawah ini akan dapat mencegah terjadinya sindroma pengantin baru’ seperti yang terjadi pada Melati dan Agung.
1. Down to earth. Masing-masing jangan menutup diri pada kenyataan yang ada. Bayangan ideal tentang suami atau istri kadang juga harus mengalami penyesuaian. Dengan demikian, masing-masing tak akan sulit untuk menerima pasangan dengan apa adanya.
2. Berlaku seimbang. Jangan sesekali melarikan diri dari kenyataan. Karena kecewa terhadap pasangan, maka dengan sengaja bekerja di kantor sampai larut atau berolahraga sampai tak ingat waktu. Seimbanglah dalam melakukan kegiatan, sehingga masing-masing memiliki ruang gerak yang cukup.
3. Terbuka. Komunikasi dua arah seringkali menjadi penyelamat dari sebuah konflik. Jika merasakan hal-hal yang mengganggu perasaan, segeralah komunikasikan dengan pasangan. Jangan melibatkan emosi atau rasa curiga, apalagi menuduh hal-hal yang belum Melati.
4. Jangan terpengaruh ‘forever marriage’. Karena konsep perkawinan ideal tersebut, banyak pasangan yang malah menjadi depresi dan pada akhirnya frustrasi menghadapi perkawinan. Mereka berpikir harus mewujudkan sebuah perkawinan maha bahagia selamanya. Jangan berpikir terlalu panjang seperti itu. Raihlah hari demi hari dengan perasaan bahagia. Dan atasi masalah satu demi satu, jangan sekaligus. Tak ada gading yang tak retak.. Dengan demikian, roda perkawinan pun akan berputar terus..
5. Re-connect. Jangan ragu bertukar pikiran dengan orang-orang yang Anda percaya, misalnya orang tua, saudara, sahabat, bahkan orang-orang dengan tingkat spiritual yang tinggi, misalnya pendeta, ulama dan lain-lain. Komunikasi dengan mereka dapat membuka wawasan dan pikiran Anda terhadap pasangan hidup.
6. Kompromi dan negosiasi. Kadang dua insan yang berlainan kutub harus ‘bertemu’ di tengah. Itu kata para filsuf. Seseorang yang bersifat kompromistis akan menghadapi segalanya dengan lebih mudah.
7. Mengkondisikan perkawinan. Perkawinan yang bahagia tidak datang begitu saja. Segalanya harus dikondisikan. Seperti tanaman, rasa cinta dan sayang dalam sebuah perkawinan perlu mendapat siraman air dan pupuk.
Demikianlah Artikel Review Dari www.kuakap.com, Semoga Dengan Ulasan Singkat Dan Sederhana ini Dapat Berguna / manfaat Untuk Kita Semua, Semoga Kesalahan Saat Malam Pertama Belah Duren tidak terjadi pada anda Sekian Dan Terimakasih, Luangkan Waktu Anda Juga Untuk Baca Postingan Sebelumnya Yaitu Khusus 18 + Manfaat Bercinta Untuk Kesehatan