Gambar Panglima T & T VI/Tpr Kolonel Inf Sadikin, pada tanggal 1 Juli 1952 meresmikan perubahan Brigade E T & T VI/Tpr menjadi Resimen Infanteri (R.I) 22 T & T VI/Tpr di Balikpapan.
Terbentuknya kodam VI/Tanjungpura diawali dengan lahirnya badan-badan perjuangan yang bertujuan menghimpun para pemuda dalam rangka mempertahankan kemerdekaan serta melenyapkan sisa kekuatan Belanda.
Untuk mempersatukan itu semua badan perjuangan yang berafiliasi kepada republik kedalam suatu organisasi yang teratur, Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 10 Oktober 1945 melalui ALRI divisi IV yang berkedudukan di Mojokerto mengirim beberapa Perwira penghubung ke Kalimantan dengan tujuan merintis paersiapan dan penempatan pasukan TNI di Kalimantan termasuk menjajaki dan merencanakan serta mempersiapkan operasi pendaratan tentara yang akan dikirim dari Jawa. Guna merealisasikan keinginan markas besar ALRI untuk menjadikan daerah Kalimantan ke dalam tiga Sub Pertahanan.
Pada tanggal 10 Nopember 1946 dibentuklah tiga pasukan rahasia ALRI, yaitu : Pasukan Rahasia ALRI Divisi “A” di Kalsel, Pasukan Rahasia ALRI Divisi “B” di Kalbar dan Pasukan Rahasia ALRI Divisi “C” di Kaltim. Sebagai wadah dari ketiga pasukan ini, dibentuklah Divisi IV ALRI/Pertahanan Kalimantan pada tanggal 4 Oltober 1949 yang berkedudukan di Kandangan dengan Letkol Hasan Basry sebagai Panglimanya.
Berorientasi pada persepsi bahwa satuan TNI AD lebih sesuai ditempatkan di Kalimantan, mengingat kondisi geografis medan berbukit, maka pada tanggal 10 Nopember 1949 Divisi IV ALRI/Pertahanan Kalimantan direorganisir dan di tetapkan menjadi satuan TNI AD dengan nama Divisi Lambung Mangkurat.
KURUN WAKTU 1950-1956
Salah satu peristiwa yang dapat dicatat sebagai awal pembetukan kompartemen pertahanan di Kalimantan adalah pengirim misi militer Kementrian Pertahanan Indonesia ke wilayah Kalimantan.
Delegasi yang dipimpin oleh Djenderal Mayor Shardjo bersama beberapa orang perwira lainnya mengunjungi Banjarmasin Kalsel serta beberapa wilayah Kalimatan lainnya, dengan tujuan antara lain : meneliti dan mengetahui sisa-sisa kekuatan militer kerajaan Belanda beserta boneka-boneka yang masih berada di Kalimantan serta menginventarisir potensi perjuangan rakyat Kalimantan yang berafiliasi kepada Republik.
Empat bulan setelah kedatangan misi militer tersebut, tepatnya tanggal 5 Januari 1950 dibentuklah Territorium Kalimantan yang berkedudukan di Banjarmasin. Dengan berdirinya kompartemen pertahanan ini, maka suatu Divisi Lambung Mangkurat dihapus sebagian personel dialihkan untuk memperkuat satuan-satuan yang dibentuk. Territorium Kalimantan membawahi empat kompartemen, berbentuk Sub territorium, yaitu: Sub territorium I/Kalbar, Sub territorium II/Kalteng, Sub territorium III/Kalsel dan Sub territorium IV/Kaltim. Kemudian, pada bulan April 1950 semua Territorium dilikuidasi menjadi 3 Brigade Operasi, yaitu : Sub territorium I/Kalbar menjadi Brigade “G” Sub territorium II/Kalteng dan Sub territorium III/Kalsel menjadi Brigade “F” dan Sub territorium IV/Kaltim manjadi Brigade “E”.
Guna mengendalikan operasi dan pembinaan territorium, pada tanggal 20 Juli 1950 KSAD Kolonel A.H Nasution meresmikan berdirinya Tentara dan Territorium VI/Tanjungpura yang berkedudukan di Banjarmasin.
Komando Tentara dan Territorium VI/Tanjungpura sebagai Kompartemen strategis yang pertama di Kalimantan. Peristiwa inilah yang kemudian dijadikan sebagai tonggak sejarah “Hari Jadi” Kodam VI/Tanjungpura yang diperingati setiap tahun.
Dua tahun kemudian terhitung mulai tanggal 27 Juli 1952 postur pertahanan yang pada awalnya berbentuk Brigade di rubah menjadi Resimen Infanteri, yaitu : Resimen Infanteri 20/Kalimantan Barat, Resimen Infanteri 21/Kalimantan Selatan serta Resimen Infanteri 22/Kalimantan Timur.
KURUN WAKTU 1957-1973
Kebutuhan akan terwujudnya sesuatu kekuatan militer di wilayah Kalimatan, mendesak untuk dibentuk Komando yang berfungsi sebagai satuan tempur serta mampu melakukan upaya pembinaan territorial yang lebih luas jangkauannya serta mampu menghadapi berbagai ancaman yang timbul di daerahnya. Kebutuhan ini muncul sebagai dampak dari mencuatnya konsepsi strategi perang wilayah atau perang rakyat semesta yang dianggap kompeten dalam menghadapi kekuatan kelompok separatis yang lebih condong merusak keutuhan integeritas nasional. Strategi pertahanan daerah dengan titik berat pertahanan pulau dengan penguasaan unsure daratnya juga mewarnai pandangan strategi pada waktu itu.
Untuk mewujudkan pandangan strategis tersebut, pada tanggal 25 Nopember 1957 Komando Tentara dan Territorium (TT) VI/Tanjungpura beserta jajarannya dihapus dan untuk wilayah Kalimantan berdiri empat Sub Kompartemen Strategis berbentuk Kodam (Komando Daerah Militer). Tanggal 29 Maret 1958 secara resmi Resimen Infanteri 22 TT VI/Tanjungpura dilebur menjadi Kodam VI/Kalimantan Timur dengan Markas berkedudukan di Balikpapan. Selanjutnya pada tanggal 19 Juli 1958 Kodam Kalimantan Timur dirubah namanya menjadi Kodam IX/Mulawarman yang berperan sebagai Sub Kompartemen yang mempunyai fungsi sebagai Komando pengendalian Pertahanan dan Keamanan, Khusunya di wilayah Kalimantan Timur.
Tanggal 17 Juli 1958 diresmikan pula berdirinya Kodam X/Kalimantan Selatan dengan Markas Komando di Banjarmasin.
Kemudian mulai tanggal 1 Desember 1959 Kodam X/Kalimantan Selatan disebut sebagai Kodam X/Lambung Mangkurat yang merupakan kesinambungan dari Sub Territorium Kalimantan Selatan-Tengah.
Bersamaan dengan itu (tanggal 17 Juli 1958) Komando Daerah Militer Kalimantan Tengah juga diresmikan. Pada tanggal 1 Desember 1959 berubah namanya menjadi Komando Daerah Militer XI/Tambun Bungai.
Tanggal 19 Juli 1958 di Pontianak Kalimantan Barat diresmikan Komando Daerah Militer Kalimantan Barat. Kodam ini sebagai likuidasi dari Resimen Infanteri 20 Tentara dan Territorium VI/Tanjungpura. Mulai tanggal 12 Februari 1960 nama Kodam XII/Kalimantan Barat diganti menjadi Kodam XII/Tanjungpura.
Seiring dengan terbentuknya 4 Kodam tersebut, dibentuk pula koandakal (Komando Antar Daerah Militer) yang diresmikan pada tanggal 16 Juli 1958 di Banjarmasin dengan Kolonel Inf. Konsu Utomo sebagai Panglima yang pertama.
Adapun fungsi dan koandakal ialah unruk mengendalikan dan mengkoordinasi penyelenggaraan upaya pertahanan Kodam-Kodam yang ada di Kalimantan dan sekaligus sebagai kompartemen Strategis kewilayahan TNI AD dan titik berat penjabaran strategis matra darat dan spesifikasi penguasaan pulau demi pulau. Dengan demikian, Kodam berfungsi sebagai Sub Kopartemen strategis yang berada di bawah Koandakal.
Menjelang dasa warsa 1970-an, muncul pandangan baru di lingkungan ABRI yang menganggap bahwa peranan Koandakal yang cenderung ke arah dominasi unsur darat, dianggap tidak memadai lagi. Oleh karena itu, perlu dibentuk suatu Kompartemen strategis yang mampu berperan secara terpadu dalam menggunakan kekuatan operasional yang terintergasi dari semua unsur tempur strategis, maka dibentuklah Kowilhan (Komando Wilayah Pertahanan) sebagai Komando Utama Operasi Gabungan yang didasarka atas Kompartementasi wilayah. Pada tanggal 4 Februari 1970 diresmikanlah terdirinya Kowilhan III/Kalimantan.
Dalam kurun waktu 1957 sampai dengan 1973 banyak prestasi menonjol yang diukir oleh satuan-satuan di jajaran ke empat Kodam tersebut, terutama dalam melaksanakan tugas operasi, antara lain : Operasi PRRI/Permesta di Sulawesi Utara, Operasi Penumpasan DI/TII kahar Muzakar di Sulawesi (1959, 1960, 1961 dan 1962), Operasi Jaya Wijaya/Trikora di Morotai (1962), Operasi Dwikora di Kalbar (1965) serta Operasi Penghancuran (Operasi Segi-tiga) KJRT/Ibnu Hadjar tahun (1960 dan 1963) dan Operasi Penumpasan sisa G 30 S/PKI 1967, termasuk pula operasi penumpasan PGRS terhadap PARAKU yang dilakukan secara bertahap dimulai 1967-1970. atas prestasi inilah, Presiden RI menganugerahkan Sam Karya Nugraha kepada Kodam X/Lambung Mangkurat pada tanggal 29 Oktober 1970 serta kepada Kodam IX/Mulawarman dan Kodam VI/Tanjungpura pada tanggal 15 April 1974.
KURUN WAKTU 1974-1984
Pada waktu 1974 diadakan lagi penyempurnaan di lingkungan Kompartemen kewilayahan (Kowilhan). Wilayah Indonesia semula menjadi 6 (enam) Kowilhan disederhanakan lagi menjadi 4 (empat) kowilhan. Penyederhanaan organisasi ini bertitik-tolak dari pandangan strategic geografis yang sangat rawan akan ancaman. Dengan bertumpu kepada pandangan ini mulai tahun 1974 berdirilah 4 Kowilhan di Indonesia : Kowilhan I/Sumatera-Kalimantan Barat, Kowilhan II/Jawa-Nusa Tenggara, Kowilhan III/Sulawesi-Kalimantan dan Kowilhan IV/ Maluku-Irian Jaya.
Khususnya untuk wilayah Kalimantan karena pertimbangan geografis wilayahnya yang cenderung kearah corong strategis, maka wilayahnya dibagi ke dalam 2 pengawasan Kowilhan yaitu : wilayah Kalimantan Barat sebagai wilayah Kodam XII/Tanjungpura dengan Corong Barat masuk Wilayah tanggung jawab Kowilhan I/Sumatera-Kalimantan Barat yang berkedudukan di Medan dan wilayah Kalimantan lainnya dengan Corong Timur seperti Kaltim, Kalsel dan Kalteng yang berada di bawah tanggung jawab Kodam IX/Mulawarman, Kodam X/Lambung Mangkurat dan XI/Tambun Bungai dimasukan ke wilayah tanggung jawab Kowilhan III/Sulawesi Kalimantan yang berkedudukan di Makassar.
Pada periode Kowilhan (1974-1985), wilayah Kalimantan hanya Memiliki 3 Kodam IX/Tambun Bungai sudah dilebur ke Kodam X/Lambung Mangkurat. Adapun peranan ketiga Kodam semasa Kowilhan menitik beratkan kepada operasi teretorial guna terwujudnya pelaksanaan pembangunan nasional di wilayah Kalimantan. Sepuluh tahun kemudian yaitu tepatnya pada tanggal 1 Mei 1985, keberadaan ketiga Kodam di Kalimantan (Kodam IX/Mulawarman, Kodam X/Lambung Mangkurat dan Kodam XII/Tanjungpura) termasuk Kowilhan I dan III dilikuidasi untuk wilayah Kalimantan berdirilah satu Kompartemen Strategis yang mempunyai wilayah tanggungjawab meliputi seluruh Kalimantan yaitu : Komando Daerah Militer VI/Tanjuangpura (Kodam VI/TPR).
Selama kurun waktu tersebut, berbagai tugas dapat diselesaikan dengan baik oleh prajurit Kodam yang berada di wilayah Kalimantan, menyangkut tugas-tugas operasi maupun berbagai kegiatan Operasi Bhakti TNI dalam rangka ikut berperanserta meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat Kalimantan.
KURUN WAKTU 1985-2002
Setelah dilakukan reorganisasi TNI-AD pada tahun 1984, yang dilatarbelakangi oleh perubahan keutuhan dan hakekat ancaman, dimana keberadaan Kowilhan beserta Kodam-Kodam terutama diluar pulau Jawa dianggap tidak efisien, baik dari segi penggunaan maupun dari segi anggaran Hankam, maka kompartemen strategis Kalimantan disusun menjadi suatu kompartemen darat yang kompak sebagi titik beratnya. Dalam hal ini, Kodam VI/Tpr berkembangan menjadi Komando Utama Kewilayahan TNI menggantikan Kowilhan, dengan tanggung jawab wilayah meliputi suatu kompartemen strategis, sebagai bagian integral dari pertahanan Nusantara berdasarkan Sishankamrata.
Sebelum tiga Kodam dilikuidasi, terlebih dahulu dilaksanakan likuidasi Komando Teritorial, Dinas/Jawatan dan Badan Prasarana. Selanjutnya untuk wilayah Kalimantan 4 Komando Resort Militer (Korem) dalam jajaran Kodam VI/Tpr, yaitu: Korem 121/Abw berkedudukan di Propinsi Kalbar, Korem 102/Pjg di Kalteng, Korem 101/Ant berkedudukan di Banjarmasin dan Korem 901/Asn di Samarinda.
Selain memilki tugas dan fungsi untuk memperkokoh ketahanan daerah dan stabilitas keamanan Kalimantan di harapkan kepada kemungkinan tantangan dan ancaman dari luar, Kodam VI/Tpr mengemban pula tanggung jawab keamanan dalam negeri, pengamanan ekonomi dan suksesnya pembangunan nasioanal. Tugas dan fungsi inilah yang mewarnai peran Kodam VI/Tpr dalam kurun waktu 1985 sampai dengan 2010.
Pada awal pembentukan Kodam VI/Tpr (1985 1986) berbagai kegiatan terfokus pada uapaya pemantapan organisasi sebagai tindak lanjut reorganisasi dan redislokasi Markas Komando di Balikpapan. Langkah pertama yang diambil Kodam VI/Tpr adalah menyusun tata ruang untuk pengembangan Mandala Pertahanan, yang meliputi jaringan rancangan pembangunan jalan darat antar propinsi dan antar Kabupaten.
Kodam VI/Tpr menyadari bahwa pengembangan Mandala Pertahanan Kalimanatan terkait erat dan sangat tergantung dengan keberhasilan pembangunan daerah yang terintergrasi dan terkoordinasi dengan baik. Untuk itu, Kodam VI/Tpr senantiasa berperan memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat dan pembangunan infra struktur.
Kodam VI/Tpr memiliki Organik Brigade Infanteri 19 Khatulistiwa di Singkawang, dan Lima Brigade Infanteri yang terbesar di lima Komando Kewilayahan TNI Angkatan Darat termasuk Brigif 19 Kapuas yang berada di bawah naungan Korem 121 ABW, dan Markas Infanteri di Putussibau. Sebelumnya Kalimantan Barat pernah diresmikan sebagai sebagai Kodam pada 19 Juli 1958. Kodam ini sebagai likuidasi dari Resimen Infanteri 20 Tentara dan Teritorium VI/Tpr. Mulai 12 Pebruari 1960 nama Komando ini diganti menjadi Kodam XII/Tanjungpura. Namun Kodam ini hanya belangsung sampai 1985 saja.
Terkait pengamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), TNI selalu mengamankan kawasan perbatasan dengan memaksimalkan seluruh potensinya. TNI cadangan juga di optimalkan. Kawasan perbatasan yang mencapai 2004 kilometer tetap menjadi kekuatan TNI. Selain kemampuan tersebut Kodam VI/Tpr memiliki rentang tanggung jawab yang cukup luas dan memiliki garis perbatasan darat dengan Negara tetangga Malaysia. Kondisi ini selain memiliki sumber daya alam yang sangat besar, juga berpotensi memunculkan masalah-masalah yang dapat mengganggu stabilitas keamanan.
KURUN WAKTU 2010 - 2011
Sesuai dengan rencana strategis (Renstra) tahun 2010, Kodam VI/Tanjungpura dibagi menjadi dua Kodam. Korem Kalbar dan Korem Kalteng akan menjadi satu Kodam. Penamaan Kodamnya sesuai dengan sejarah daerah. Kodam Tanjungpura ada di Kalbar. Sementara Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan juga jadi satu Kodam dengan nama Mulawarman, hal ini perlu dilakukan karena secara geografis, luas pulau Kalimantan lima kali lebih besar dari pulau Jawa. Tingkat ancaman juga cukup besar karena berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan. Di bagian daratan juga berbatasan langsung dengan Malaysia Timur (Sarawak) yang memiliki panjang perbatasan sekitar 966 kilometer, sehingga secara geografis dan pertahanan keamanan sudah bisa terbagi atas dua Kodam.
Terbentuknya Kodam VI/Mulawarman berpedoman pada :
1. Peraturan Kasad Nomor PERKASAD/17/V/2010 tanggal 27 Mei 2010 tentang pembentukan Kodam XII/Tanjungpura dan Perubahan Nama Kodam VI/Tanjungpura menjadi Kodam VI/Mulawarman.
2. Keputusan Kasad Nomor KEP/16/II/2011 TANGGAL 24 Pebruari 2011 tentang Pengesahan Hari Jadi Kodam VI/Mulawarman.
3. Surat Kadisjarah Nomor B/850/X/2010 Tanggal 29 Oktober 2010 tentang Bahan Pertimbangan Penetapan Hari Jadi Kodam VI/Mulawarman.
4. Pertimbangan Komando dan Staf Umum Kodam VI/Mlw.
Dengan adanya pedoman tersebut maka ditetapkanlah pada tanggal 18 Juli sebagai Hari Jadi Kodam VI/Mulawarman dengan Tahun 1958 merupakan tahun pembentukan atau Peresmian Kodam VI/Mulawarman, dengan demikian pada tanggal 18 Juli 2011 merupakan Hari Jadi Kodam VI/Mulawarman yang ke-53.
Dipilihnya tanggal 18 Juli sebagai Hari Jadi Kodam VI/Mulawarman karena pada sejarahnya bahwa berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor : KPTS-265/4/1958 tanggal 29 Maret 1958, Resimen Infanteri 22 Teritorium VI/Tanjungpura dirubah menjadi Komando Daerah Militer Kalimantan Timur yang disingkat dengan nama ”KODAM KTI', sehingga tanggal 19 Juli 1958 Kodam KTI diresmikan menjadi Kodam IX/Mulawarman oleh WAKASAD Brigjen TNI Gatot Subroto dalam suatu upacara dilapangan Sudirman Balikpapan.
Untuk kedudukan Markas Komando Daerah Militer IX/Mulawarman adalah di Balikpapan, dengan Panglima yang pertama adalah Letnan Kolonel Hartoyo dan sebagai Kepala Staf Kodam adalah Mayor Madjid Sudebyo. Namun pada tanggal 19 Juli itu merupakan dipilihnya Hari Jadi Kodam XII/Tanjungpura, jadi Kodam VI/Mulawarman memilih tanggal 18 Juli sebagai Hari Jadinya.
Sebagai Panglima Kodam VI/Mulawarman pada periode 2010 sampai dengan sekarang adalah Brigjen TNI Tan Aspan (sekarang Mayor Jenderal TNI) dan Kepala Staf Kodam VI/Mulawarman dijabat oleh Brigjen TNI Wisnu Bawatenaya.
Sejak diresmikannya, Kodam VI/Mulawarman tidak hanya berperan dibidang pertahanan keamanan saja tetapi juga menyatu dalam kehidupan sosial masyarakat, bersama-sama Pemda dan masyarakat saling membantu, dan saling bahu membahu menyukseskan pembangunan. Program TNI masuk desa di Kalimantan merupakan perwujudan panggilan bakti Kodam VI/Mulawarman beserta unsur TNI lainnya dan masyarakat untuk turut serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama di daerah-daerah terpencil dan tertinggal. Keberadaan masyarakat kita yang ada di daerah terpencil dan tertinggal tidak sekedar merupakan problematika pembangunan, tetapi sekaligus merupakan tantangan bagi kita semua.
Didalam TNI Masuk Desa sasarannya adalah turut serta mensukseskan pembangunan dan kesejahteraan rakyat yang urgensinya langsung dirasakan dan karena keterbatasan kemanpuan masyarakat, belum tertangani secara tuntas. Proyek-proyek yang digarap, dipilih pada pekerjaan perbaikan, peningkatan dan pengadaan sarana yang sudah mendesak di masyarakat desa yang belum terjangkau oleh program pembangunan. Disamping proyek fisik maretil, program TNI Masuk Desa menyelenggarakan juga operasi-operasi bimbingan dan penyuluhan dalam bidang-bidang yang berkaitan dengan peningkatan taraf kehidupan rakyat di pedesaan.
Pelaksanaan TMMD ini merupakan suatu bukti nyata bahwa Kodam VI/Mulawarman beserta unsur TNI lainnya dan Pemda setempat serta seluruh masyarakat telah melaksanakan kegiatan untuk menjawab tantangan pada masa sekarang dalam pengentasan kemiskinan, terutama pembangunan desa-desa tertinggal di Kalimantan. Hal ini selaras dengan program pemerintah yaitu program Inpres Desa Tertinggal dengan sasaran, terwujudnya desa mandiri, yang dalam pelaksanaannya merupakan tugas dan tanggungjawab kita bersama.
Demikianlah Artikel Admin Tentang Asal Usul Sejarah Hari Jadi Kodam XII / Tanjungpura Mulawarman Yang Spesial Selamat Hari ulang tahun Kodam XII / Tanjungpura Mulawarman Dan artikel dan foto gambar dikutip dari kodam-mulawarman Sekian Dan Terimakasih, Semoga Ada Manfaat Silahkan Baca Juga Postingan Lainya Yaitu 19 Juli Hari Martir Di Myanmar Peristiwa Apa ? Kalender Sejarah 19 Juli "HUT" Hari Jadi Kodam XII / Tanjungpura Mulawarman 2014, 2015, 2016, 2017, 2018, 2019, 2020 Jatuh Pada Tanggal Berapa
Terbentuknya kodam VI/Tanjungpura diawali dengan lahirnya badan-badan perjuangan yang bertujuan menghimpun para pemuda dalam rangka mempertahankan kemerdekaan serta melenyapkan sisa kekuatan Belanda.
Untuk mempersatukan itu semua badan perjuangan yang berafiliasi kepada republik kedalam suatu organisasi yang teratur, Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 10 Oktober 1945 melalui ALRI divisi IV yang berkedudukan di Mojokerto mengirim beberapa Perwira penghubung ke Kalimantan dengan tujuan merintis paersiapan dan penempatan pasukan TNI di Kalimantan termasuk menjajaki dan merencanakan serta mempersiapkan operasi pendaratan tentara yang akan dikirim dari Jawa. Guna merealisasikan keinginan markas besar ALRI untuk menjadikan daerah Kalimantan ke dalam tiga Sub Pertahanan.
Pada tanggal 10 Nopember 1946 dibentuklah tiga pasukan rahasia ALRI, yaitu : Pasukan Rahasia ALRI Divisi “A” di Kalsel, Pasukan Rahasia ALRI Divisi “B” di Kalbar dan Pasukan Rahasia ALRI Divisi “C” di Kaltim. Sebagai wadah dari ketiga pasukan ini, dibentuklah Divisi IV ALRI/Pertahanan Kalimantan pada tanggal 4 Oltober 1949 yang berkedudukan di Kandangan dengan Letkol Hasan Basry sebagai Panglimanya.
Berorientasi pada persepsi bahwa satuan TNI AD lebih sesuai ditempatkan di Kalimantan, mengingat kondisi geografis medan berbukit, maka pada tanggal 10 Nopember 1949 Divisi IV ALRI/Pertahanan Kalimantan direorganisir dan di tetapkan menjadi satuan TNI AD dengan nama Divisi Lambung Mangkurat.
KURUN WAKTU 1950-1956
Salah satu peristiwa yang dapat dicatat sebagai awal pembetukan kompartemen pertahanan di Kalimantan adalah pengirim misi militer Kementrian Pertahanan Indonesia ke wilayah Kalimantan.
Delegasi yang dipimpin oleh Djenderal Mayor Shardjo bersama beberapa orang perwira lainnya mengunjungi Banjarmasin Kalsel serta beberapa wilayah Kalimatan lainnya, dengan tujuan antara lain : meneliti dan mengetahui sisa-sisa kekuatan militer kerajaan Belanda beserta boneka-boneka yang masih berada di Kalimantan serta menginventarisir potensi perjuangan rakyat Kalimantan yang berafiliasi kepada Republik.
Empat bulan setelah kedatangan misi militer tersebut, tepatnya tanggal 5 Januari 1950 dibentuklah Territorium Kalimantan yang berkedudukan di Banjarmasin. Dengan berdirinya kompartemen pertahanan ini, maka suatu Divisi Lambung Mangkurat dihapus sebagian personel dialihkan untuk memperkuat satuan-satuan yang dibentuk. Territorium Kalimantan membawahi empat kompartemen, berbentuk Sub territorium, yaitu: Sub territorium I/Kalbar, Sub territorium II/Kalteng, Sub territorium III/Kalsel dan Sub territorium IV/Kaltim. Kemudian, pada bulan April 1950 semua Territorium dilikuidasi menjadi 3 Brigade Operasi, yaitu : Sub territorium I/Kalbar menjadi Brigade “G” Sub territorium II/Kalteng dan Sub territorium III/Kalsel menjadi Brigade “F” dan Sub territorium IV/Kaltim manjadi Brigade “E”.
Guna mengendalikan operasi dan pembinaan territorium, pada tanggal 20 Juli 1950 KSAD Kolonel A.H Nasution meresmikan berdirinya Tentara dan Territorium VI/Tanjungpura yang berkedudukan di Banjarmasin.
Komando Tentara dan Territorium VI/Tanjungpura sebagai Kompartemen strategis yang pertama di Kalimantan. Peristiwa inilah yang kemudian dijadikan sebagai tonggak sejarah “Hari Jadi” Kodam VI/Tanjungpura yang diperingati setiap tahun.
Dua tahun kemudian terhitung mulai tanggal 27 Juli 1952 postur pertahanan yang pada awalnya berbentuk Brigade di rubah menjadi Resimen Infanteri, yaitu : Resimen Infanteri 20/Kalimantan Barat, Resimen Infanteri 21/Kalimantan Selatan serta Resimen Infanteri 22/Kalimantan Timur.
KURUN WAKTU 1957-1973
Kebutuhan akan terwujudnya sesuatu kekuatan militer di wilayah Kalimatan, mendesak untuk dibentuk Komando yang berfungsi sebagai satuan tempur serta mampu melakukan upaya pembinaan territorial yang lebih luas jangkauannya serta mampu menghadapi berbagai ancaman yang timbul di daerahnya. Kebutuhan ini muncul sebagai dampak dari mencuatnya konsepsi strategi perang wilayah atau perang rakyat semesta yang dianggap kompeten dalam menghadapi kekuatan kelompok separatis yang lebih condong merusak keutuhan integeritas nasional. Strategi pertahanan daerah dengan titik berat pertahanan pulau dengan penguasaan unsure daratnya juga mewarnai pandangan strategi pada waktu itu.
Untuk mewujudkan pandangan strategis tersebut, pada tanggal 25 Nopember 1957 Komando Tentara dan Territorium (TT) VI/Tanjungpura beserta jajarannya dihapus dan untuk wilayah Kalimantan berdiri empat Sub Kompartemen Strategis berbentuk Kodam (Komando Daerah Militer). Tanggal 29 Maret 1958 secara resmi Resimen Infanteri 22 TT VI/Tanjungpura dilebur menjadi Kodam VI/Kalimantan Timur dengan Markas berkedudukan di Balikpapan. Selanjutnya pada tanggal 19 Juli 1958 Kodam Kalimantan Timur dirubah namanya menjadi Kodam IX/Mulawarman yang berperan sebagai Sub Kompartemen yang mempunyai fungsi sebagai Komando pengendalian Pertahanan dan Keamanan, Khusunya di wilayah Kalimantan Timur.
Tanggal 17 Juli 1958 diresmikan pula berdirinya Kodam X/Kalimantan Selatan dengan Markas Komando di Banjarmasin.
Kemudian mulai tanggal 1 Desember 1959 Kodam X/Kalimantan Selatan disebut sebagai Kodam X/Lambung Mangkurat yang merupakan kesinambungan dari Sub Territorium Kalimantan Selatan-Tengah.
Bersamaan dengan itu (tanggal 17 Juli 1958) Komando Daerah Militer Kalimantan Tengah juga diresmikan. Pada tanggal 1 Desember 1959 berubah namanya menjadi Komando Daerah Militer XI/Tambun Bungai.
Tanggal 19 Juli 1958 di Pontianak Kalimantan Barat diresmikan Komando Daerah Militer Kalimantan Barat. Kodam ini sebagai likuidasi dari Resimen Infanteri 20 Tentara dan Territorium VI/Tanjungpura. Mulai tanggal 12 Februari 1960 nama Kodam XII/Kalimantan Barat diganti menjadi Kodam XII/Tanjungpura.
Seiring dengan terbentuknya 4 Kodam tersebut, dibentuk pula koandakal (Komando Antar Daerah Militer) yang diresmikan pada tanggal 16 Juli 1958 di Banjarmasin dengan Kolonel Inf. Konsu Utomo sebagai Panglima yang pertama.
Adapun fungsi dan koandakal ialah unruk mengendalikan dan mengkoordinasi penyelenggaraan upaya pertahanan Kodam-Kodam yang ada di Kalimantan dan sekaligus sebagai kompartemen Strategis kewilayahan TNI AD dan titik berat penjabaran strategis matra darat dan spesifikasi penguasaan pulau demi pulau. Dengan demikian, Kodam berfungsi sebagai Sub Kopartemen strategis yang berada di bawah Koandakal.
Menjelang dasa warsa 1970-an, muncul pandangan baru di lingkungan ABRI yang menganggap bahwa peranan Koandakal yang cenderung ke arah dominasi unsur darat, dianggap tidak memadai lagi. Oleh karena itu, perlu dibentuk suatu Kompartemen strategis yang mampu berperan secara terpadu dalam menggunakan kekuatan operasional yang terintergasi dari semua unsur tempur strategis, maka dibentuklah Kowilhan (Komando Wilayah Pertahanan) sebagai Komando Utama Operasi Gabungan yang didasarka atas Kompartementasi wilayah. Pada tanggal 4 Februari 1970 diresmikanlah terdirinya Kowilhan III/Kalimantan.
Dalam kurun waktu 1957 sampai dengan 1973 banyak prestasi menonjol yang diukir oleh satuan-satuan di jajaran ke empat Kodam tersebut, terutama dalam melaksanakan tugas operasi, antara lain : Operasi PRRI/Permesta di Sulawesi Utara, Operasi Penumpasan DI/TII kahar Muzakar di Sulawesi (1959, 1960, 1961 dan 1962), Operasi Jaya Wijaya/Trikora di Morotai (1962), Operasi Dwikora di Kalbar (1965) serta Operasi Penghancuran (Operasi Segi-tiga) KJRT/Ibnu Hadjar tahun (1960 dan 1963) dan Operasi Penumpasan sisa G 30 S/PKI 1967, termasuk pula operasi penumpasan PGRS terhadap PARAKU yang dilakukan secara bertahap dimulai 1967-1970. atas prestasi inilah, Presiden RI menganugerahkan Sam Karya Nugraha kepada Kodam X/Lambung Mangkurat pada tanggal 29 Oktober 1970 serta kepada Kodam IX/Mulawarman dan Kodam VI/Tanjungpura pada tanggal 15 April 1974.
KURUN WAKTU 1974-1984
Pada waktu 1974 diadakan lagi penyempurnaan di lingkungan Kompartemen kewilayahan (Kowilhan). Wilayah Indonesia semula menjadi 6 (enam) Kowilhan disederhanakan lagi menjadi 4 (empat) kowilhan. Penyederhanaan organisasi ini bertitik-tolak dari pandangan strategic geografis yang sangat rawan akan ancaman. Dengan bertumpu kepada pandangan ini mulai tahun 1974 berdirilah 4 Kowilhan di Indonesia : Kowilhan I/Sumatera-Kalimantan Barat, Kowilhan II/Jawa-Nusa Tenggara, Kowilhan III/Sulawesi-Kalimantan dan Kowilhan IV/ Maluku-Irian Jaya.
Khususnya untuk wilayah Kalimantan karena pertimbangan geografis wilayahnya yang cenderung kearah corong strategis, maka wilayahnya dibagi ke dalam 2 pengawasan Kowilhan yaitu : wilayah Kalimantan Barat sebagai wilayah Kodam XII/Tanjungpura dengan Corong Barat masuk Wilayah tanggung jawab Kowilhan I/Sumatera-Kalimantan Barat yang berkedudukan di Medan dan wilayah Kalimantan lainnya dengan Corong Timur seperti Kaltim, Kalsel dan Kalteng yang berada di bawah tanggung jawab Kodam IX/Mulawarman, Kodam X/Lambung Mangkurat dan XI/Tambun Bungai dimasukan ke wilayah tanggung jawab Kowilhan III/Sulawesi Kalimantan yang berkedudukan di Makassar.
Pada periode Kowilhan (1974-1985), wilayah Kalimantan hanya Memiliki 3 Kodam IX/Tambun Bungai sudah dilebur ke Kodam X/Lambung Mangkurat. Adapun peranan ketiga Kodam semasa Kowilhan menitik beratkan kepada operasi teretorial guna terwujudnya pelaksanaan pembangunan nasional di wilayah Kalimantan. Sepuluh tahun kemudian yaitu tepatnya pada tanggal 1 Mei 1985, keberadaan ketiga Kodam di Kalimantan (Kodam IX/Mulawarman, Kodam X/Lambung Mangkurat dan Kodam XII/Tanjungpura) termasuk Kowilhan I dan III dilikuidasi untuk wilayah Kalimantan berdirilah satu Kompartemen Strategis yang mempunyai wilayah tanggungjawab meliputi seluruh Kalimantan yaitu : Komando Daerah Militer VI/Tanjuangpura (Kodam VI/TPR).
Selama kurun waktu tersebut, berbagai tugas dapat diselesaikan dengan baik oleh prajurit Kodam yang berada di wilayah Kalimantan, menyangkut tugas-tugas operasi maupun berbagai kegiatan Operasi Bhakti TNI dalam rangka ikut berperanserta meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat Kalimantan.
KURUN WAKTU 1985-2002
Setelah dilakukan reorganisasi TNI-AD pada tahun 1984, yang dilatarbelakangi oleh perubahan keutuhan dan hakekat ancaman, dimana keberadaan Kowilhan beserta Kodam-Kodam terutama diluar pulau Jawa dianggap tidak efisien, baik dari segi penggunaan maupun dari segi anggaran Hankam, maka kompartemen strategis Kalimantan disusun menjadi suatu kompartemen darat yang kompak sebagi titik beratnya. Dalam hal ini, Kodam VI/Tpr berkembangan menjadi Komando Utama Kewilayahan TNI menggantikan Kowilhan, dengan tanggung jawab wilayah meliputi suatu kompartemen strategis, sebagai bagian integral dari pertahanan Nusantara berdasarkan Sishankamrata.
Sebelum tiga Kodam dilikuidasi, terlebih dahulu dilaksanakan likuidasi Komando Teritorial, Dinas/Jawatan dan Badan Prasarana. Selanjutnya untuk wilayah Kalimantan 4 Komando Resort Militer (Korem) dalam jajaran Kodam VI/Tpr, yaitu: Korem 121/Abw berkedudukan di Propinsi Kalbar, Korem 102/Pjg di Kalteng, Korem 101/Ant berkedudukan di Banjarmasin dan Korem 901/Asn di Samarinda.
Selain memilki tugas dan fungsi untuk memperkokoh ketahanan daerah dan stabilitas keamanan Kalimantan di harapkan kepada kemungkinan tantangan dan ancaman dari luar, Kodam VI/Tpr mengemban pula tanggung jawab keamanan dalam negeri, pengamanan ekonomi dan suksesnya pembangunan nasioanal. Tugas dan fungsi inilah yang mewarnai peran Kodam VI/Tpr dalam kurun waktu 1985 sampai dengan 2010.
Pada awal pembentukan Kodam VI/Tpr (1985 1986) berbagai kegiatan terfokus pada uapaya pemantapan organisasi sebagai tindak lanjut reorganisasi dan redislokasi Markas Komando di Balikpapan. Langkah pertama yang diambil Kodam VI/Tpr adalah menyusun tata ruang untuk pengembangan Mandala Pertahanan, yang meliputi jaringan rancangan pembangunan jalan darat antar propinsi dan antar Kabupaten.
Kodam VI/Tpr menyadari bahwa pengembangan Mandala Pertahanan Kalimanatan terkait erat dan sangat tergantung dengan keberhasilan pembangunan daerah yang terintergrasi dan terkoordinasi dengan baik. Untuk itu, Kodam VI/Tpr senantiasa berperan memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat dan pembangunan infra struktur.
Kodam VI/Tpr memiliki Organik Brigade Infanteri 19 Khatulistiwa di Singkawang, dan Lima Brigade Infanteri yang terbesar di lima Komando Kewilayahan TNI Angkatan Darat termasuk Brigif 19 Kapuas yang berada di bawah naungan Korem 121 ABW, dan Markas Infanteri di Putussibau. Sebelumnya Kalimantan Barat pernah diresmikan sebagai sebagai Kodam pada 19 Juli 1958. Kodam ini sebagai likuidasi dari Resimen Infanteri 20 Tentara dan Teritorium VI/Tpr. Mulai 12 Pebruari 1960 nama Komando ini diganti menjadi Kodam XII/Tanjungpura. Namun Kodam ini hanya belangsung sampai 1985 saja.
Terkait pengamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), TNI selalu mengamankan kawasan perbatasan dengan memaksimalkan seluruh potensinya. TNI cadangan juga di optimalkan. Kawasan perbatasan yang mencapai 2004 kilometer tetap menjadi kekuatan TNI. Selain kemampuan tersebut Kodam VI/Tpr memiliki rentang tanggung jawab yang cukup luas dan memiliki garis perbatasan darat dengan Negara tetangga Malaysia. Kondisi ini selain memiliki sumber daya alam yang sangat besar, juga berpotensi memunculkan masalah-masalah yang dapat mengganggu stabilitas keamanan.
KURUN WAKTU 2010 - 2011
Sesuai dengan rencana strategis (Renstra) tahun 2010, Kodam VI/Tanjungpura dibagi menjadi dua Kodam. Korem Kalbar dan Korem Kalteng akan menjadi satu Kodam. Penamaan Kodamnya sesuai dengan sejarah daerah. Kodam Tanjungpura ada di Kalbar. Sementara Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan juga jadi satu Kodam dengan nama Mulawarman, hal ini perlu dilakukan karena secara geografis, luas pulau Kalimantan lima kali lebih besar dari pulau Jawa. Tingkat ancaman juga cukup besar karena berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan. Di bagian daratan juga berbatasan langsung dengan Malaysia Timur (Sarawak) yang memiliki panjang perbatasan sekitar 966 kilometer, sehingga secara geografis dan pertahanan keamanan sudah bisa terbagi atas dua Kodam.
Terbentuknya Kodam VI/Mulawarman berpedoman pada :
1. Peraturan Kasad Nomor PERKASAD/17/V/2010 tanggal 27 Mei 2010 tentang pembentukan Kodam XII/Tanjungpura dan Perubahan Nama Kodam VI/Tanjungpura menjadi Kodam VI/Mulawarman.
2. Keputusan Kasad Nomor KEP/16/II/2011 TANGGAL 24 Pebruari 2011 tentang Pengesahan Hari Jadi Kodam VI/Mulawarman.
3. Surat Kadisjarah Nomor B/850/X/2010 Tanggal 29 Oktober 2010 tentang Bahan Pertimbangan Penetapan Hari Jadi Kodam VI/Mulawarman.
4. Pertimbangan Komando dan Staf Umum Kodam VI/Mlw.
Dengan adanya pedoman tersebut maka ditetapkanlah pada tanggal 18 Juli sebagai Hari Jadi Kodam VI/Mulawarman dengan Tahun 1958 merupakan tahun pembentukan atau Peresmian Kodam VI/Mulawarman, dengan demikian pada tanggal 18 Juli 2011 merupakan Hari Jadi Kodam VI/Mulawarman yang ke-53.
Dipilihnya tanggal 18 Juli sebagai Hari Jadi Kodam VI/Mulawarman karena pada sejarahnya bahwa berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor : KPTS-265/4/1958 tanggal 29 Maret 1958, Resimen Infanteri 22 Teritorium VI/Tanjungpura dirubah menjadi Komando Daerah Militer Kalimantan Timur yang disingkat dengan nama ”KODAM KTI', sehingga tanggal 19 Juli 1958 Kodam KTI diresmikan menjadi Kodam IX/Mulawarman oleh WAKASAD Brigjen TNI Gatot Subroto dalam suatu upacara dilapangan Sudirman Balikpapan.
Untuk kedudukan Markas Komando Daerah Militer IX/Mulawarman adalah di Balikpapan, dengan Panglima yang pertama adalah Letnan Kolonel Hartoyo dan sebagai Kepala Staf Kodam adalah Mayor Madjid Sudebyo. Namun pada tanggal 19 Juli itu merupakan dipilihnya Hari Jadi Kodam XII/Tanjungpura, jadi Kodam VI/Mulawarman memilih tanggal 18 Juli sebagai Hari Jadinya.
Sebagai Panglima Kodam VI/Mulawarman pada periode 2010 sampai dengan sekarang adalah Brigjen TNI Tan Aspan (sekarang Mayor Jenderal TNI) dan Kepala Staf Kodam VI/Mulawarman dijabat oleh Brigjen TNI Wisnu Bawatenaya.
Sejak diresmikannya, Kodam VI/Mulawarman tidak hanya berperan dibidang pertahanan keamanan saja tetapi juga menyatu dalam kehidupan sosial masyarakat, bersama-sama Pemda dan masyarakat saling membantu, dan saling bahu membahu menyukseskan pembangunan. Program TNI masuk desa di Kalimantan merupakan perwujudan panggilan bakti Kodam VI/Mulawarman beserta unsur TNI lainnya dan masyarakat untuk turut serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama di daerah-daerah terpencil dan tertinggal. Keberadaan masyarakat kita yang ada di daerah terpencil dan tertinggal tidak sekedar merupakan problematika pembangunan, tetapi sekaligus merupakan tantangan bagi kita semua.
Didalam TNI Masuk Desa sasarannya adalah turut serta mensukseskan pembangunan dan kesejahteraan rakyat yang urgensinya langsung dirasakan dan karena keterbatasan kemanpuan masyarakat, belum tertangani secara tuntas. Proyek-proyek yang digarap, dipilih pada pekerjaan perbaikan, peningkatan dan pengadaan sarana yang sudah mendesak di masyarakat desa yang belum terjangkau oleh program pembangunan. Disamping proyek fisik maretil, program TNI Masuk Desa menyelenggarakan juga operasi-operasi bimbingan dan penyuluhan dalam bidang-bidang yang berkaitan dengan peningkatan taraf kehidupan rakyat di pedesaan.
Pelaksanaan TMMD ini merupakan suatu bukti nyata bahwa Kodam VI/Mulawarman beserta unsur TNI lainnya dan Pemda setempat serta seluruh masyarakat telah melaksanakan kegiatan untuk menjawab tantangan pada masa sekarang dalam pengentasan kemiskinan, terutama pembangunan desa-desa tertinggal di Kalimantan. Hal ini selaras dengan program pemerintah yaitu program Inpres Desa Tertinggal dengan sasaran, terwujudnya desa mandiri, yang dalam pelaksanaannya merupakan tugas dan tanggungjawab kita bersama.
Demikianlah Artikel Admin Tentang Asal Usul Sejarah Hari Jadi Kodam XII / Tanjungpura Mulawarman Yang Spesial Selamat Hari ulang tahun Kodam XII / Tanjungpura Mulawarman Dan artikel dan foto gambar dikutip dari kodam-mulawarman Sekian Dan Terimakasih, Semoga Ada Manfaat Silahkan Baca Juga Postingan Lainya Yaitu 19 Juli Hari Martir Di Myanmar Peristiwa Apa ? Kalender Sejarah 19 Juli "HUT" Hari Jadi Kodam XII / Tanjungpura Mulawarman 2014, 2015, 2016, 2017, 2018, 2019, 2020 Jatuh Pada Tanggal Berapa