KUAKAP.COM - Pengertian Arti Dramatis secara umum adalah suatu hal yang suka membuat suatu kejadian yang berlebihan dari aslinya dan bisa dikatakan lebih mengada-ada agar terlihat wah padahal semua bohong dan bahka paa ahli bilang orang suka dramatis suka cari sensasi.
Pagi tadi Mega menyapa Santi di depan rumahnya. Lantaran semalam habis bertengkar dengan Budi, suaminya, Santi tak seberapa ramah merespon teguran Mega. Sikap ‘dingin’ Santi rupanya membuat Mega tersinggung. Hasilnya, ketika makan siang, Mega segera saja menambah menu makan siang dengan…menggosipkan Santi bersama Ellen. “Bayangkan, dia hanya melengos waktu aku sapa. Dari matanya aku melihat kebencian luar biasa. Aku sampai berusaha tersenyum sekadar agar bisa mengharapkan sapaan balik darinya. Tapi harapanku sia-sia. Santi memang terlalu. Oh kalau saja aku berani, mungkin aku bisa menghardik dia
foto gambar daripisabay.com
Masih ada sejuta kalimat fantastis yang keluar dari bibir Mega. Garis besarnya memang nyata, Mega tak membalas dengan baik sapaannya tadi pagi. Tapi garis-garis halus di sekitar cerita garis besar benar-benar runyam. Sebegitu runyamnya, sehingga garis besar jadi nampak blur !
Begitulah yang terjadi. Realita yang sebetulnya memiliki kadar persoalan 6 tiba-tiba menjadi 9 setelah dibumbui tambahan kasus di sana-sini. Akibatnya, sikap Ellen terhadap Santi jadi ikut-ikutan dingin. Dan sikap Mega? Karena terbawa emosinya sendiri (meski sebagian karena khayalannya), Mega makin mengembangkan rasa tak suka terhadap Santi. Sungguh ironis, sementara Santi sendiri tak menyadari, bahkan tak pernah menyangka perilaku kecilnya berubah menjadi kesalahan dahsyat ! Mendramatisir! Inilah letak masalahnya. Anda berada dalam lingkungan pergaulan. Kadang malah lebih dari satu lingkungan.
Di kantor, organisasi, keluarga. Lingkungan sangat produktif melahirkan masalah, di samping kesenangan. Tentu, Anda menginginkan bisa terhindar dari masalah, atau paling tidak meminimalisasikan sikap salah Anda terhadap lingkungan, dan jangan sampai Anda juga jadi korban kesalahan orang lain.
Anggap saja ini sebuah permainan. Menjaga keseimbangan berbuat salah dan berbuat baik adalah permainan yang gampang-gampang susah. Kenapa? Karena tak semua kesalahan adalah hal yang tidak bisa terhindarkan. Ada banyak kesalahan yang justru lahir dengan sebuah kesengajaan, kreativitas dan kesadaran! Mendramatisir persoalan adalah salah satunya.
Penulis terkenal Nathaniel Branden mengatakan dalam bukunya yang berjudul How To Raise Your Self-Esteem, “Kebiasaan mendramatisir persoalan adalah perbuatan yang sangat potensial menciptakan kesalahan di atas kesalahan.”
Tanpa sadar, seseorang yang hobi mendramatisir setiap masalah sebetulnya secara produktif menciptakan kesalahan yang tidak perlu. Hasilnya, dampak kesalahan bisa menimpa seseorang yang jadi obyek cerita, atau malah bisa jadi bumerang berbalik pada si pencerita. Ada banyak pertengkaran, gesekan emosional, dan kondisi yang kacau akibat ulah dramatisasi persoalan.
Jika Anda menyadari punya potensi menggosok persoalan agar terdengar dramatis nampaknya Anda perlu waspada. Branden mengatakan, bahwa hobi yang satu ini juga punya dampak buruk pada psikis sendiri. Hidup jadi dibayangi rasa cemas karena terbiasa mendoktrin diri sendiri dengan pikiran-pikiran negatif. Selain itu, Anda juga akan sulit membina kepercayaan dengan lingkungan jika suatu kali dramatisir yang Anda lakukan terhadap sebuah kasus terbukti salah!
Berikut ini langkah-langkah praktis agar Anda tak lagi suka Men-Dramatisir..!
Demikianlah Artikel Review inilah Akibat Orang Suka Men-Dramatisir Masalah Dari www.kuakap.com, Semoga Tentang Ulasan Singkat Sederhana ini Dapat Berguna Ada Memiliki Manfaat Untuk Kita Semua, Sekian Terimakasih, Luangkan Waktu Anda Juga Untuk Baca Postingan Sebelumnya Yaitu Bagaimana Cara Jadi Pemimpin Yang Baik Di Organisasi
Pagi tadi Mega menyapa Santi di depan rumahnya. Lantaran semalam habis bertengkar dengan Budi, suaminya, Santi tak seberapa ramah merespon teguran Mega. Sikap ‘dingin’ Santi rupanya membuat Mega tersinggung. Hasilnya, ketika makan siang, Mega segera saja menambah menu makan siang dengan…menggosipkan Santi bersama Ellen. “Bayangkan, dia hanya melengos waktu aku sapa. Dari matanya aku melihat kebencian luar biasa. Aku sampai berusaha tersenyum sekadar agar bisa mengharapkan sapaan balik darinya. Tapi harapanku sia-sia. Santi memang terlalu. Oh kalau saja aku berani, mungkin aku bisa menghardik dia
Masih ada sejuta kalimat fantastis yang keluar dari bibir Mega. Garis besarnya memang nyata, Mega tak membalas dengan baik sapaannya tadi pagi. Tapi garis-garis halus di sekitar cerita garis besar benar-benar runyam. Sebegitu runyamnya, sehingga garis besar jadi nampak blur !
Begitulah yang terjadi. Realita yang sebetulnya memiliki kadar persoalan 6 tiba-tiba menjadi 9 setelah dibumbui tambahan kasus di sana-sini. Akibatnya, sikap Ellen terhadap Santi jadi ikut-ikutan dingin. Dan sikap Mega? Karena terbawa emosinya sendiri (meski sebagian karena khayalannya), Mega makin mengembangkan rasa tak suka terhadap Santi. Sungguh ironis, sementara Santi sendiri tak menyadari, bahkan tak pernah menyangka perilaku kecilnya berubah menjadi kesalahan dahsyat ! Mendramatisir! Inilah letak masalahnya. Anda berada dalam lingkungan pergaulan. Kadang malah lebih dari satu lingkungan.
Di kantor, organisasi, keluarga. Lingkungan sangat produktif melahirkan masalah, di samping kesenangan. Tentu, Anda menginginkan bisa terhindar dari masalah, atau paling tidak meminimalisasikan sikap salah Anda terhadap lingkungan, dan jangan sampai Anda juga jadi korban kesalahan orang lain.
Anggap saja ini sebuah permainan. Menjaga keseimbangan berbuat salah dan berbuat baik adalah permainan yang gampang-gampang susah. Kenapa? Karena tak semua kesalahan adalah hal yang tidak bisa terhindarkan. Ada banyak kesalahan yang justru lahir dengan sebuah kesengajaan, kreativitas dan kesadaran! Mendramatisir persoalan adalah salah satunya.
Penulis terkenal Nathaniel Branden mengatakan dalam bukunya yang berjudul How To Raise Your Self-Esteem, “Kebiasaan mendramatisir persoalan adalah perbuatan yang sangat potensial menciptakan kesalahan di atas kesalahan.”
Tanpa sadar, seseorang yang hobi mendramatisir setiap masalah sebetulnya secara produktif menciptakan kesalahan yang tidak perlu. Hasilnya, dampak kesalahan bisa menimpa seseorang yang jadi obyek cerita, atau malah bisa jadi bumerang berbalik pada si pencerita. Ada banyak pertengkaran, gesekan emosional, dan kondisi yang kacau akibat ulah dramatisasi persoalan.
Jika Anda menyadari punya potensi menggosok persoalan agar terdengar dramatis nampaknya Anda perlu waspada. Branden mengatakan, bahwa hobi yang satu ini juga punya dampak buruk pada psikis sendiri. Hidup jadi dibayangi rasa cemas karena terbiasa mendoktrin diri sendiri dengan pikiran-pikiran negatif. Selain itu, Anda juga akan sulit membina kepercayaan dengan lingkungan jika suatu kali dramatisir yang Anda lakukan terhadap sebuah kasus terbukti salah!
Berikut ini langkah-langkah praktis agar Anda tak lagi suka Men-Dramatisir..!
- Selalu ungkapkan fakta yang benar. Kalau kenyataannya ‘satu’ bilang ‘satu’, jangan ‘satu setengah’.
- Kalau ingin obrolan tambah seru cari topik yang lucu-lucu ketimbang topik kasus serius yang memancing Anda mendramatisir persoalan.
- Hitung sampai sepuluh kali setiap kali Anda tak tahan untuk membumbui sebuah cerita.
- Pikirkan akibatnya. Peringatkan pikiran Anda jika ingin mendramatisir masalah. Lingkungan tak akan percaya pada Anda, Anda jadi merugikan orang lain, tak ada manfaat bagi anda setelah Anda bercerita heboh.
Demikianlah Artikel Review inilah Akibat Orang Suka Men-Dramatisir Masalah Dari www.kuakap.com, Semoga Tentang Ulasan Singkat Sederhana ini Dapat Berguna Ada Memiliki Manfaat Untuk Kita Semua, Sekian Terimakasih, Luangkan Waktu Anda Juga Untuk Baca Postingan Sebelumnya Yaitu Bagaimana Cara Jadi Pemimpin Yang Baik Di Organisasi