Tumbuhnya industri bukan hanya berarti tersedianya lapangan kerja, tetapi juga prostitusi terselubung. Banyak buruh pekerja yang merangkap jadi penghibur lantaran minimnya upah.
Usianya baru menginjak 20 tahun. Tapi penampilan Nina, sebut saja begitu, tak lagi terlihat seperti ABG kebanyakan. Lajang bermata sipit ini begitu dewasa di usianya yang terbilang belia. Pandangannya nyalang pada setiap setiap kendaraan yang melintas tak jauh dari pabrik tempatnya bekerja.
Setahun terakhir, lulusan sebuah sekolah menengah pertama di pelosok Jawa Timur itu memang bekerja rangkap. Tak hanya sebagai buruh pabrik, ia juga bersedia 'menemani' lelaki kesepian. dalam waktu singkat, penampilan Nina yang lugu itu, diubah jadi dewasa.
"Mulanya diajak teman satu kontrakan. Saya lihat dia kok duitnya banyak betul, padahal kerjanya sama. Boro-boro punya simpanan uang, bisa bertahan sampai akhir bulan saja sudah bagus. Dia sering betul pergi, apalagi kalau malam minggu bisa sampai pagi. Beberapa teman bergosip tentang dia," tutur gadis berambut ikal ini.
Rasa ingin tahu Nina makin bertambah, ketika ia memergoki Rosa, temannya itu, berjalan mesra dengan seorang lelaki yang juga atasan mereka di pabrik. "Saat itu dia tidak ngeles lagi. Dia bilang sudah beberapa bulan ini jadi simpanan si bos. Cuma lantaran sudah beristri, Rosa terpaksa mengalah tinggal di rumah terpisah," katanya.
Tak pernah terlintas dalam benak Nina, kalau di kemudian hari ia akan mengikuti jejak Rosa, hingga ia menerima surat dari keluarganya di kampung. Ayahnya sakit keras, sementara ibu dan adik-adiknya tak dapat berbuat apa-apa.
Pinjam uang sana-sini sudah dilakukan, namun tak membuahkan hasil yang memuaskan. "Akhirnya oleh Rosa, saya diperkenalkan dengan teman si bos. Dari situlah, kehidupan kelam ini saya jalani," ucap Nina sembari menghela napas.
Ternyata, tak hanya Nina dan Rosa saja yang termasuk dalam buruh plus. Sejumlah rekan-rekannya pun melakukan hal yang sama. Rata-rata dengan alasan yang sama, gaji kecil sementara kebutuhan melangit.
Lelaki yang menjadi buruan mereka tidak terbatas di lingkungan pabrik, tetapi juga orang luar. "Namanya juga pabrik, sering ada tamu. Mereka itu biasanya yang kita tembak," aku Indun, rekan Nina dan Rosa. Atau kalau perlu, buruh plus ini tak segan mejeng di pinggir jalan. Kadang mereka juga mendapat pesanan dari teman yang menjadi perantara. Hanya saja kalau lewat calo ini, biasanya tarifnya naik hampir dua kali lipat.
Sasaran di dalam pabrik, biasanya karyawan yang punya jabatan lumayan yang dilirik. Apalagi kalau si bos keturunan asing yang tak jauh dari keluarga.
Untuk sekali kencan, tarifnya sekitar Rp2jt-3jt Namun tidak tiap hari uang itu dapat mereka nikmati. "Seminggu sekali atau dua kali. Capek juga kan setelah kerja seharian. Yang penting bisa mencukupi sehari-hari saja," ungkap Nina lagi.
Prostitusi gelap di pabrik atau kawasan industri, semakin dimungkinkan lantaran minimnya tempat hiburan. Setelah bubaran pabrik sekitar pukul 16.00 atau 17.00, tak banyak hiburan yang bisa dinikmati kecuali menonton acara televisi. Bioskop kelas murahan memang ada, namun kebanyakan letaknya agak jauh dari tempat kerja.
Demikianlah Cerita Keseharian Buruh Plus-Plus Yang Tak TerdugaArtikel Review Dari kuakap.com, dikutip dari tabloid wanita indonesia, Sekian Terimakasih, Luangkan Waktu Anda Juga Untuk Baca Postingan yang lain Yaitu Fakta Misteri UDEL ABG Bandung Terungkap Seperti ini ?
Usianya baru menginjak 20 tahun. Tapi penampilan Nina, sebut saja begitu, tak lagi terlihat seperti ABG kebanyakan. Lajang bermata sipit ini begitu dewasa di usianya yang terbilang belia. Pandangannya nyalang pada setiap setiap kendaraan yang melintas tak jauh dari pabrik tempatnya bekerja.
Setahun terakhir, lulusan sebuah sekolah menengah pertama di pelosok Jawa Timur itu memang bekerja rangkap. Tak hanya sebagai buruh pabrik, ia juga bersedia 'menemani' lelaki kesepian. dalam waktu singkat, penampilan Nina yang lugu itu, diubah jadi dewasa.
"Mulanya diajak teman satu kontrakan. Saya lihat dia kok duitnya banyak betul, padahal kerjanya sama. Boro-boro punya simpanan uang, bisa bertahan sampai akhir bulan saja sudah bagus. Dia sering betul pergi, apalagi kalau malam minggu bisa sampai pagi. Beberapa teman bergosip tentang dia," tutur gadis berambut ikal ini.
Rasa ingin tahu Nina makin bertambah, ketika ia memergoki Rosa, temannya itu, berjalan mesra dengan seorang lelaki yang juga atasan mereka di pabrik. "Saat itu dia tidak ngeles lagi. Dia bilang sudah beberapa bulan ini jadi simpanan si bos. Cuma lantaran sudah beristri, Rosa terpaksa mengalah tinggal di rumah terpisah," katanya.
Tak pernah terlintas dalam benak Nina, kalau di kemudian hari ia akan mengikuti jejak Rosa, hingga ia menerima surat dari keluarganya di kampung. Ayahnya sakit keras, sementara ibu dan adik-adiknya tak dapat berbuat apa-apa.
Pinjam uang sana-sini sudah dilakukan, namun tak membuahkan hasil yang memuaskan. "Akhirnya oleh Rosa, saya diperkenalkan dengan teman si bos. Dari situlah, kehidupan kelam ini saya jalani," ucap Nina sembari menghela napas.
Ternyata, tak hanya Nina dan Rosa saja yang termasuk dalam buruh plus. Sejumlah rekan-rekannya pun melakukan hal yang sama. Rata-rata dengan alasan yang sama, gaji kecil sementara kebutuhan melangit.
Lelaki yang menjadi buruan mereka tidak terbatas di lingkungan pabrik, tetapi juga orang luar. "Namanya juga pabrik, sering ada tamu. Mereka itu biasanya yang kita tembak," aku Indun, rekan Nina dan Rosa. Atau kalau perlu, buruh plus ini tak segan mejeng di pinggir jalan. Kadang mereka juga mendapat pesanan dari teman yang menjadi perantara. Hanya saja kalau lewat calo ini, biasanya tarifnya naik hampir dua kali lipat.
Sasaran di dalam pabrik, biasanya karyawan yang punya jabatan lumayan yang dilirik. Apalagi kalau si bos keturunan asing yang tak jauh dari keluarga.
Untuk sekali kencan, tarifnya sekitar Rp2jt-3jt Namun tidak tiap hari uang itu dapat mereka nikmati. "Seminggu sekali atau dua kali. Capek juga kan setelah kerja seharian. Yang penting bisa mencukupi sehari-hari saja," ungkap Nina lagi.
Prostitusi gelap di pabrik atau kawasan industri, semakin dimungkinkan lantaran minimnya tempat hiburan. Setelah bubaran pabrik sekitar pukul 16.00 atau 17.00, tak banyak hiburan yang bisa dinikmati kecuali menonton acara televisi. Bioskop kelas murahan memang ada, namun kebanyakan letaknya agak jauh dari tempat kerja.
Demikianlah Cerita Keseharian Buruh Plus-Plus Yang Tak TerdugaArtikel Review Dari kuakap.com, dikutip dari tabloid wanita indonesia, Sekian Terimakasih, Luangkan Waktu Anda Juga Untuk Baca Postingan yang lain Yaitu Fakta Misteri UDEL ABG Bandung Terungkap Seperti ini ?