Suara Tatik (23) tampak sedikit parau tatkala dia menceritakan kisah hidupnya. Matanya menatap lurus ke depan. Bibirnya tak henti-hentinya menghisap dan menghembuskan asap rokok.
Rambutnya dia biarkan acak-acakan, bebas tertiup kipas angin yang berputar kencang di kamar kos seluas 9 meter per segi itu. Sesekali tangannya mempermainkan kancing bajunya.
"Aku paling benci kalau ditanya soal-soal pribadi. Kenapa aku sampai terjerumus ke dunia ini, mengapa aku tak kerja saja, dan seterusnya. Ako bosan!" katanya agak keras. Untung saja, seorang rekan yang membawaku ke tempat kos Tatik berhasil 'menggiring' dia ke topik-topik lain yang tak menyerempet-nyerempet dunia esek-esek.
Tatik kembali menyilangkan kakinya. Ia mencoba mengalihkan perhatian agar kami bertiga tak membicarakan lagi bisnis esek-eseknya.
Mahasiswi semester akhir sebuah Perguruan Tinggi di daerah Pulomas, Jakarta Timur ini kelihatan agak 'protektif'. Namun, ketika malam merambat jauh dan rokoknya tinggal sebatang, dia bersedia saya temani keluar mencari sebungkus rokok mild. "Orang bisanya cuma mencibir. Yang penting aku enggak merugikan yang lain, khan?" dia menumpahkan kegundahan hatinya. Saya hanya mengangguk.
Lalu, Tati pun bercerita betapa sulit hari-hari yang dialaluinya di belantara Jakarta. "Sebenarnya saya tak melakukannya setiap hari. Aku hanya melakukannya ketika betul-betul kepepet, Tak punya uang sama sekali. Misalnya buat bayar uang ujian negara," cetusnya lagi.
Dia menambahkan, biaya kuliah di kampusnya sangat mahal. "Itu belum termasuk biaya hidup sehari-hari," kata Tatik lagi yang mengaku harus bisa meraih gelar sarjana agar kelak bisa membantu orangtuanya di kampung.
Pilihan untuk terjun di dunia hitam bukanlah kemauan Wiratni, melainkan keterbatasan kemampuan yang dimilikinya. "Mau bekerja di mana lagi, di Jombang sulit sekali mendapatkan pekerjaan yang mencukupi kebutuhan kuliah," katanya. Kepalanya menggeleng-geleng seperti menyesali nasib yang ditanggungnya.
Tati adalah salah satu 'ayam kampus' yang bertebaran di Jakarta. Walaupun jumlahnya tak banyak, namun keberadaan Tatik dan kawan-kawannya bukanlah cerita baru. Seorang mahasiswi di Jakarta Barat bahkan terang-terangan 'mempromosikan' dirinya bisa 'dipakai' asalkan konsumen bersedia mengatur waktu agar tak bentrok dengan kegiatan kuliahnya. "Kalau mau paling sedikit satu juta rupiah. Tak ada penawaran," Kata Salsa yang saya hubungi lewat telepon.
Jangan kaget. Salsa bukanlah tipikal mahasiswi prihatin yang serba kekurangan. Dia putri kedua dari empat bersaudara dari keluarga berkecukupan. Di depan papa mamanya, Salsa bahkan dianggap anak yang manis, pintar dan alim. "Ya, mereka enggak tahu. Kalau tahu, bisa digantung aku," katanya sambil ketawa.
Salsa menyatakan, dia tak sembarangan menerima ajakan kencan. "Karena motivasiku bukan semata-mata mencari duit," alasannya. Dia juga menambahkan mau diajak kencan asalkan tak lebih dari semalam.
"Istilahnya SKS, Sistem Kebut Semalam," cetusnya tertawa. 'Itu pun aku harus kenal dulu sama orangnya. Karena motivasiku bukan semata-mata mencari duit," tambah Salsa. Kalau bukan duit, lantas motivasinya apa? Ikuti kisah selanjutnya
Foto Gambar Sumber Dari pixabay.com Silahkan Baca Juga Postingan Lainya Yaitu Penyebab Klub Malam Menyediakan Tempat Tanpa Busana www.tanggalhari.com Daftar Hari Besar Nasional Dan Internasional, Serta Fakta Unik Dunia Dalam Kalender ramalan bintang zodiak horoskop Asal Mula Hari Festival 2017 Islam Logo Doodle sekarang hari apa